Senin, 17 Januari 2011

Krisis Pangan adalah Kesalahan Pemerintah?

Tanggal 16 Januari lalu para pimpinan OKP/Ormas dan mahasiswa mengadakan sebuah Konferensi Pers di Aula Yakpi Mentreng Raya 58, Jakarta Pusat. Inti dari persoalan yang mereka sampaikan adalah menyatakan bahwa rezim SBY-Boediono telah gagal mensejahterakan masyarakat. Salah seorang dari utusan mahasiswa menceritakan bahwa di Ibu Kota sampai ada masyarakat yang terpaksa memakan nasi basi yang telah dikeringkan karena tidak mampu membeli beras.
Namun, benarkan SBY-Boediono yang paling bersalah atas krisis pangan yang dihadapi masyarakat?. Tahun 2011 adalah ancaman yang sangat besar bagi ketahanan pangan penduduk dunia. Beberapa sebabnya antara lain: Pertama, tanah yang rusak akibat pupuk yang berlebihan sehingga merusak produktivitas tanah. Tanah yang di tanami satu jenis tanaman tertentu saja di suatu area yang luas tidak hanya mengancam kesuburan tanaman, namun juga mengancam ekosistem alam. Kedua, kebutuhan air oleh pemukiman masyarakat, terutama masyarakat kota, menyebabkan kebutuhan air bagi pertanian kehilangan prioritas. Alasannya karena (1) akses air oleh pemukiman lebih mudah karena pemukiman cenderung lebih dekat dengan sungai (bukankah awal mula adanya pemukiman karena masyarakat menetap di pinggiran sungai guna memenuhi kebutuhan air?); (2) prioritas kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari lebih penting daripada untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian dan; (3) masyarakat yang tinggal di area dekat aliran sungai sungai lebih mampu membeli/mengakses air daripada masyarakay petani.
Ketiga, peningkatan pesat jumlah penduduk menyebabkan masyarakat sering membangun perumahan di atas lahan pertanian sehingga menyebabkan lahan pertanian semakin menyempit. Keempat, Pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat pesat harus disesuaikan dengan pembangunan jalan yang akan semakin menyempitkan lahan pertanian. Kompas (16/01) melaporkan, di China penjualan mobil di tahun ini diperkirakan mencapai 20 juta unit dan AS 5 juta unit. Semuai ini membutuhkan pembangunan jalan yang akan mengapuskan jutaan hektara lahan. Kelima, tidak adanya kenaikan produktivitas pertanian Fritjof Chapra (2005) menyatakan negara-negara penghasil teknonologi rekayasa pertanian selama 14 tahun terakhir tidak mampu menghasilkan jenis benih baru bagi tumbuhan sumber  pangan. Selain itu, kenaikan suhu global juga menekan produksi pertanian.
Melihat fenomena yang luar biasa di atas, saya kira tidak rasionel menuduh SBY-Boediono adalah penyebab krisis pangan. Meskipun demikian saya juga sepakat dengan pernyataan Rizal Ramli di sala-sela peluncuran buku tentang kisah Malari di TIM pada sabtu malam (15/01). Rizal menyatakan, terdapat banyak kebohongan dan pembohongan dalam survey pertumbuhan ekonomi kita. “Pemerintah baru melakukan survey pertumbuhan ekonomi rakyat ketika masa panen, ya, pasti lagi tumbuh dong ekonominya.” Kata Rizal disambut gelak tawa hadirin.
Selaku pedagang keliling yang sangat dekat dengan pasar tradisional dan masyarakat, saya melihat persoalan utama kemiskinan masyarakat adalah karena sistem perkreditan yang sangat membebani masyarakat terutama padagang, baik itu dari bank maupun rentenir. Tidak jarang dari mereka yang harus membayar bunga yang mencapai setengah dari jumlah pinjaman. Selain itu, budaya konsumtif masyarakat sangat tinggi sehingga mereka tidak lagi mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, mana yang harus di prioritaskan, mana yang tidak.
Celakalah bangsa yang memakan dari apa yang tidak mereka tanam dan memakai tidak dari yang mereka pintal.” Penggalan Puisi Kahlil Gibran ini hendanya menjadi semangat seluruh elemen bangsa, terutama elit pengambil kebijakan untuk meningkatkan segala jenis produksi kebutuhan masyarakat dan tidak dengan mudah mengimpor barang apa saja yang nantinya semakin tidak mendidik masyarakat untuk cerdas dan meruntuhkan sektor ekonomi mikro.
Di zaman reformasi seperti sekarang, kita memang dapat dengan mudah mengkritik pemerintah dan para elit pengambil kebijakan lain. Namun, OKP/Ormas dan mahasiswa jangan melupakan inti dari permasalahan. Saya melihat faktor utama dari kemiskin dan krisis pangan adalah sistem perbankan yang kejam dan  kesadaran masyarakat dalam pengelolaan tanah pertanian.
Solisi terhadap persoalan ini adalah mendesak pemerintah lebih giat mengucurkan kredit bebas bunga bagi masyarakat. Selanjutnya masyarakat perlu disadarkan akan bahaya berhubungan dengan segala macam dan sumber perkreditan berbunga. Masyarakat juga harus diberikan pencerahan agar tidak terus-menerus menjadi masyarakat konsumtif; kesadaran produksi harus ditanamkan. Juga, pencerahan ilmu tanah dan pertanian bagi para petani.
Sah-sah saja OKP/Ormas dan mahasiswa turun ke jalan untuk mengkritik pemerintah pada 28 Januari nanti. Ini adalah salah satu wujud negara kita sangat demokratis. Namun, OKP/Ormas dan mahasiswa harus sadar bahwa mereka saat ini hampir tidak lagi memiliki tempat di hati masyarakat meski suara merekalah yang di perjuangkan. OKP/Ormas dan mahasiswa kehilangan kedekatan dengan masyarakat akibat sering menciptakan huru-hara dan kerusuhan setiap turun aksi.
Kesan mahasiswa sebagai masyarakat intelektual akan lebih terasa ketika mereka mampu mencuri hati, merangkul, serta memberikan pencerahan, bimbingan dan penyuluhan bagi masyarakat; bukan dengan menjerit-jerit di jalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar