A. Latar Belakang Masalah
Para pelajar dan pengajar bidang Sastra di Nusantara mengenal Hamzah
Fansuri sebagai penyair. Puisi Hamzah adalah puisi pertama dalam bahasa Melayu
yang bersifat empat baris dan berrima aaaa1.
Karakter puisi seperti ini adalah kobinasi rubaiyat Persia dengan pantun
Melayu. Kekayaan estetika puisi Hamzah
mempengaruhi penyair sesudahnya hingga masa kini. Karakter puisi Ali Hasjmy dan
Amir Hamzah2 jelas menunjukkan pengaruh tersebut.
Di mata kalangan ahli Bahasa, Hamzah diakui memberi banyak sentuhan
terhadap bahasa Melayu. Dia menyerap banyak kata dari bahasa Arab dan Persia ke
dalam bahasa Melayu. Serapan ini bukan semata untuk memperkaya nuansa estetika
dalam karyanya, tetapi juga karena banyak kata yang dimiliki bahasa Melayu tidak
mapan untuk mewakilkan maksud yang ingin disampaikan. Berkat sentuhan Hamzah,
bahasa Melayu telah berubah5 dari sekedar bahasa puitik menjadi
bahasa ilmiah. Ini menjadi salah satu alasan bahasa Melayu dijadikan bahasa
resmi negara seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Di kalangan tradisionalis Muslim, tokoh kita ini dikenal sebagai seorang
sufi. Sufi adalah ajaran yang diakui berasal dari Rasulullah Saw3.Sufi
adalah mereka yang menempuh jalan untuk mendekatkan diri Allah4.
Aliran sufi ajaran Hamzah dianggap sesat karena sulitnya masyarakat memahami
ajaran metafisikanya sehingga ajaran-ajarannya diamalkan secara sulitnya keliru5.
Tuduhan sesat secara tegas dilontarkan oleh Nuruddin Ar-Raniri dengan banyak
argumen6.
1.
Abdul Hadi W.M., Tasawuf Yang Tertindas: Kajian Hermeunetik Terhadap Karya-karya
Hamah Fansuri, (Jakarta: Paramadina, 2001, h. 206)
2.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu,
(Bandung: Mizan 1990, h.69)
3.
Martin Lings, Ada Apa dengan Sufi, (Yogyakrta: Pustaka Sufi, 2004 h.134)
4.
Mawlana Abd ar-Rahman Jami, Pancaran Ilahi Kaum Sufi, (Yogyakrta:
Pustaka Sufi, 2003, h.xxv)
5.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, A
Commentary on the Hujjat Al-Siddiq of Nur Al-Din Al-Raniri, (Kuala Lumpur;
Ministry of Culture, 1986: 232)
6.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, The Mysticism of Hamzah Fansuri, (Kuala
Lumpur: University of Malaya Press: 1970: 31)
Sekalipun dilihat sebagai ajaran seorang sufi, namun karya-karya Hamzah
disadari bahwa seluruh konten pemikirannya mengandung nuansa filsafat yang
sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan dua karya Syed Muhammad Naquib
Al-Attas yakni Commentary of Hujjatul
Shiddiq li Daf'il Zindiq on Nuruddin
Ar-Raniri dan The Mysticism of Hamzah
Fansuri yang mengkaji persoalan ontologi dengan mendalam. Melalui dua karya
ini kita dapat menemukan bukti bahwa konsep ontologi Hamzah sangat sensitif.
Sensitivitas ontologi tidak hanya terjadi pada pemikiran Hamzah tetapi juga
pada banyak sufi-filosof lainnya seperti Syihabuddin Suhrawardi, Muhyiddin Ibn
Arabi dan Mulla Shadra.
Keseluruhan pemikiran Hamzah dapat digolongkan ke dalam tiga tema yakni
ketuhanan, kemanusiaan dan kosmologi. Ketiga tema ini memang menjadi tritunggal
pemikiran semua filosof. Sekalipun pada tokoh kita ini tidak ditemukan
karya-karyanya yang membahas logika dan epistemologi secara eksplisit seperti
pada karya-karya Ibn Sina dan Suhrawardi, namun dalam keseluruhan karya Hamzah
yang berbentuk puisi dan prosa, mengandung informasi tentang ontologi yang
sangat mendalam. Lagi pula, para sebagian sarjana filsafat Islam menolak logika
dan epistemologi adalah bagian dari filsafat Islam. Menurut mereka,
konsenterasi filsafat Islam adalah ontologi. Logika dan Epistemilogi hanya
dianggap sebagai pintu masuk dan analogi penjelas bagi ontologi. Karena itu,
Hamzah lebih suka menjelaskan Realitas Wujud melalui puisi karena “Puisi
memiliki banyak keunggulan sebagai media ekspresi pengalaman rohani karena
kepersonalan, keunikan dan keuniversalannya dapat terpelihara dengan baik”7.
7.
Abdul Hadi W.M., Rumi: Sufi dan Penyair, (Bandung: Pustaka, 1985: h. viii)
8.
Syed Muhammad Naquib Al-8ttas, Prolegomen to the Metaphysics of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC,2001, h.143)
9.
Wan Mohammad Nor Wan Daud, Konsep Pengetahuan dalam Islam,
(Bandung: Pustaka, 1997, h.18)
10.
Ibn Sina melihat jiwa sebagai entitas yang
menjadi modal pergerakan manusia menuju kesempurnaan. Lihat: Dr. Muhammad
'Utsman Najatii, Jiwa dalaPandangan Para
Filosof Muslim, (Bandung: Pustaka Hidayah: 2002 h.144)
11.
Sa'id Hawwa, Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: 2005, h. 418)
Gerak jiwa manusia bila dapat disadari dan dipahami dengan baik dapat
dijadikan pedoman dan inspirasi untuk penerapan sistem pendidikan. Pendidikan
yang benar adalah pendidikan yang melihat manusia makhluk yang terus bergerak8
menuju kesempurnaan13. Hamzah sendiri mentamsilkan manusia seperti
anak dagang, yakni mereka yang menuntut ilmu sebagai proses penyucian diri.
Hamzah juga mengibaratkan manusia seperti perahu yang bergerak menuju sebuah
pantai. Pada karya lainnya dia mengumpamakan manusia seperti seekor burung yang
dari tempat rendah menuju tempat paling tinggi.
Tamsilan-tamsilan Hamzah cukup penting dan menarik untuk dikaji. Kita
juga akan berusaha menemukan konsep gerak jiwa manusia sebagai kontribusi bagi
sistem pendidikan. Di zaman ini, kita melihat para penyelenggara pendidikan
terlalu sibuk mencari pedoman penyelenggaraan pendidikan dari Barat yang telah
terbukti gagal memberi makna terhadap hakikat manusia. Dengan karya ini,
diharapkan kita dapat menemukan sebuah pedoman penyelenggaraan pendidikan yang
utuh dan matang.
B. Identifikasi,
Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi
Masalah
Jiwa manusia bukanlah suatu zat yang
statis, namun dia terus bergerak tanpa henti mengikuti iraman penciptaan. Untuk
itu, perlu kita mengkaji bagaimana
Hamzah Fansuri memandang manusia? Bagaimana konsep jiwa menurutnya? Bagaimana
konsep gerak Jiwa menurutnya? Dan, apakah konsep pemikiran Hamzah tentang gerak
jiwa dapat memberi kontribusi pada pendidikan?
12.
Jiwa takkan mati bila jasad hancur . Lihat:
Fazlur Rahman, Avicenna's Psychology,
Oxford: Oxford University Press, 1952, h.58)
13.
Murtadha Mutahhari, Manusia Seutuhnya, (Jakarta:
Shadra Press, 2012, h.8)
2. Pembatasan
Masalah
Untuk memperjelas kajian kita, maka
pembahasan tesis ini hanya akan mengkaji secara mendalam persoalan tentang
pengertian manusia, konsep jiwa, konsep gerak jiwa dalam pandangan Hamzah
Fansuri dan bagaimana konsep gerak jiwa dalam pemikiran filsafat Hamzah dapat
memberi kontribusi kepada sistem
pendidikan.
3. Rumusan
Masalah
Supaya kajian ini dapat dilakukan secara
mendalam dan terarah, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut: Pengertian
manusia dalam pandangan Filsafat Hamzah; konsep jiwa dalam pandangannya;
bagaimana dia melihat konsep gerak jiwa; dan, kontribusi konsep gerak jiwa
dalam pemikiran filsafat Hamzah kepada sistem pendidikan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini supaya dapat
mengetahui pengertian manusia dalam pandangan Filsafat Hamzah, bagaimana konsep
jiwa dalam pandangannya, seperti apa dia melihat konsep gerak jiwa dan apa
kontribusi konsep gerak jiwa dalam pemikiran filsafat Hamzah kepada sistem
pendidikan.
4. Metode
Penelitian
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
Hamzah menulis karya-karyanya adalah dalam bentuk puisi dan prosa. Maka sangat
sulit bagi kita dapat menemukan hakikat makna dari simbol-simbol berbentuk
kata-kata dalam karya-karyanya. Karena itu kita perlu menggunakan metoda ta'wil
atau hermeunetika supaya dapat menemukan makna sejati yang diinginkan
pengarang, sekaligus dapat memanfaatkan teks sesuai kebutukan zaman kita.
Penulis berfokus untuk mengkaji tiga prosa
Hamzah dan sya'ir-sya'irnya yang mengandung kaitan dengan tema kajian kita.
Kita akan menjadikan buku 'The Mysticism ...' karya Al-Attas sebagai sumber
prosa dan 'Tasawuf yang Tertindas' karya Abdul Hadi W.M. sebagai sumber
puisi-puisi. Alasannya adalah pada yang pertama dimuat ketiga prosa Hamzah dan
pada yang kedua dimuat semua puisi Hamzah, setidaknya yang masih tersisa di
Indonesia.
Selanjutnya untuk eksplorasi pemikiran
Hamzah, kita akan menggunakan referensi-referensi terkait dari para filosof dan
sufi muslim serta referensi-referensi lain.
D. Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini adalah
sebagai berikut: Bab I adalah Pendahuluan yang mencakup (A) Latar Belakang
Penulisan, (B) Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah, (C) Tujuan
Penelitian, (D) Metode Penelitian, dan (E) Sistematika Penulisan. Bab II
Biografi Hamzah Fansuri, membahas tentang (A) Hidup Hamzah Fansuri, (B) Karya
Hamzah Fansuri, dan (C) Sensitivitas Ontologi Hamzah. Bab III Konsep Gerak Jiwa Menurut Pemikiran Filsafat
Hamzah Fansury, yakni membahas (A) Konsep Manusia Menurut Hamzah Fansuri, (B)
Konsep Jiwa Menurut Hamzah Fansuri, dan (C) Konsep Gerak Jiwa dalam Pemikiran
Filsafat Hamzah Fansuri. Selanjutnya Bab IV Pengaruh Konsep Gerak Jiwa dalam
Pemikiran Filsafat Hamzah Fansuri terhadap Konsep Pendidikan yang membahas
tentang (A) Manusia dan Pendidikan, (B) Jiwa Manusia dan Pendidikan dan (C)
Konsep Gerak Jiwa dan Konsep Pendidikan. Bab terakhir, yakni Bab V adalah
Penutup yang berisi (A) Kesimpulan dan (B) Saran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar