Rabu, 20 April 2011

m3

penghormatan beserta senyum manisnya padaku.

Ketika Maulinar telah duduk di dalam perahu kecil itu, ketika tepat berada di hadapan pemuda "langsing" itu, kupesankan padanya:

"Maulinar adalah nafasku. Dialah kakiku ketika aku berjalan. Dialah mataku untuk melihat. Dialah telingaku saatku mendengar sayup-sayup suara yang merdu memecah malam. Namun kini engkau akan membawanya. Sumpah, kalau bikan cintaku sejati padanya, kalau bukan karena hendak membebaskan dari beban-beban dunia, maka sungguh tidak akan kubiarkan dia pergi bersamamu."

Aku tersentak dari kenangan empat puluh empat hari yang lalu. Dua orang pria berpakaian preman tiba di rumah duka. Bukan untuk yasinan bersama. Mereka mencari yang namanya Miswari.

Isuzu Phanter meluncur ke markas Poltabes Banda Aceh. Aku di dalamnya, bersama dua anggota Satuan Reserse Kriminal. Esok hari harianya, head line 'Serambi Indonesia' memuat judul "Seorang Pelatih tenggelamkan Seorang Peserta pada Pelatihan Brigade PII"

Aneuk LaƓt, Sabang-Merduati, Banda Aceh, 14 Juli 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar