BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang masih banyak guru yang menerapkan metode
ceramah pada siswanya. Siswa dianggap memiliki pemahaman seperti guru.
Bahkan guru tidak mempunyai konsep pembelajaran, yang penting target
pembelajaran dan deadline terpenuhi. Supaya mempercepat pembelajaran
guru mengajar hanya dengan ceramah dan siswa hanya mendengarkan saja,
tidak memperdulikan apakah siswa dapat mengerti atau tidak. Hal ini
mengakibatkan terjadi kejenuhan pada siswa. Apalagi memerlukan waktu
yang lama 2 sampai 3 jam per mata pelajaran. Yang akibatnya hanya sedikit
ingatan tentang pelajaran yang didapat.
Sejauh ini, ada sebuah fenomena yang tidak bisa dipandang sebelah
mata oleh para guru, dimana banyak peserta didik yang merasa sekolah ibarat
penjara, sekolah merupakan candu, sekolah tidak bisa menimbulkan semangat
belajar bahkan. Bahkan lebih parah, banyak peserta didik yang paling suka
bila sang guru absen, tanpa merasa kehilangan sesuatu. Boleh jadi, fenomena
tersebut disebabkan selama ini peserta didik hanya diposisikan sebagai objek
atau robot yang harus dijejali beragam materi sehingga membuat peserta didik
tidak betah di kelas. Sedangkan, pengajaran yang baik yaitu ketika para
peserta didik bukan hanya sebagai objek tapi juga subjek. Jadi siswa akan
menjadi aktif tidak pasif dengan begitu, peserta didik akan merasa betah dan
1
paham penjelasan guru. Untuk mengejawantahkan hal ini dibutuhkan kejelian
dan krekatifitas guru dengan cara mendesain model pembelajaran yang bisa
mengena setiap gaya belajar setiap peserta didik. Sehingga semua peserta
didik merasa enjoy dan pas atas sajian yang disampaikan oleh guru, tanpa
merasa bosan dan terkekang.
Jika pendidik menginginkan agar tujuan pendidikan tercapai secara
efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus
menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses
belajar mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara
bervariasi, sebab masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan.
Sehingga dalam penggunaannya pendidik harus menyesuaikan dengan materi
yang diajarkan dan kemampuan peserta didik. Pemilihan teknik dan metode
yang tepat memerlukan keahlian tersendiri, sehingga pendidik harus pandai
memilih dan menerapkannya
Guna memenuhi kebutuhan tersebut, pengajaran harus bersifat
multisensori dan penuh variasi. Hal ini bias dilakukan dengan cara beragam
dan dalam semua mata pelajaran. Guru dalam menyampaikan mata pelajaran
bukan hanya dengan metode ceramah atau auditori-guru berbicara murid
mendengarkan tanpa ada feedback (umpan balik) namun guru harus
menggabungkan ranah visual dan kinestetik. Misalnya dalam pelaran agama
islam tentang shalat. Guru atau ustadz tidak hanya menjelaskan secara verbal
tentang apa itu salat dan kaifiyat (tata cara) salat dari A sampai Z, namun juga
bisa menggunakan media visual berupa VCD pembelajaran salat, selain lebih
efektif dan efisien, hal ini bisa membuat peserta didik menikmati dan tidak
jenuh lantaran merasa ikut aktif dalam proses belajar. Setelah itu, untuk
menyentuh aspek kinestetiknya, peserta didik diajak untuk mempraktikkanya
satu persatu atau bisa secara kolektif. Hal ini dapat menghindari
ketidakpahaman para peserta didik dan peserta didik akan menjadi aktif dan
tidak jenuh dalam mengikuti proses belajar di kelas.
Dalam mata pelajaran Fiqih untuk siswa pada umumnya guru
menggunakan metode pembelajaran ceramah. Dengan metode tersebut, siswa
dituntut untuk duduk dengan tenang, mendengarkan dan melihat guru
mengajar selama berjam-jam. Gaya guru yang statis dapat menimbulkan
kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran, yaitu adanya sikap kurang
perhatian terhadap materi, gelisah dan bosan. Metode ceramah sebaiknya
digunakan apabila akan menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik
yang jumlahnya besar.
Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa metode dalam kegiatan
belajar mengajar khususnya pembelajara Fiqih adalah faktor yang penting,
sehingga berbagai metode dapat digunakan dalam menyampaikan materi
Fiqih, karena pada hakikatnya siswa lebih menyukai suatu pembelajaran yang
menyenangkan atau melalui aktivitas-aktivitas dalam kelas.
MAK Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat adalah salah satu
lembaga pendidikan lanjutan menengah atas berciri khas agama Islam yang
menjadi sekolah unggulan didaerah setempat dan dapat dikatakan memiliki
kualitas sekolah yang baik, karena berdasarkan opini yang berkembang di
masyarakat. Husnul Khotimah diakui sebagai salah satu sekolah swasta favorit
di Jawa Barat. Pendapat ini dapat dibuktikan dengan banyaknya jumlah siswa
yang ada di sana dan setiap tahun jumlah peminat selalu meningkat. Selain itu,
sekolah tersebut mengedepankan siswanya dibidang ”imtaq” dan ”iptek”. Dan
wujud upaya peningkatan mutu yang ditempuh oleh Madrasah Aliyah
Keagamaan (MAK), diantaranya dengan menerapkan metode active learning
yang merupakan metode pengaktifan siswa dalam belajar, sehingga
diharapkan siswa tersebut dapat menerapkan ilmunya di masyarakat dengan
benar.
Active Learning berasal dari bahasa Inggris. Menurut kamus Inggris-
Indonesia active adalah aktif; bersemangat atau ikut giat (Echols, 1987: 9).
Sedangkan learning adalah pengetahuan dalam hal ini yaitu pembelajaran
(Echols, 1987: 352). Sehingga active learning berarti pembelajaran aktif.
Sedangkan menurut Hisyam zaini (2002) metode active learning
adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif,
dengan menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pelajaran, memecahkan masalah, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka
ketahui ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.
Penerapan metode active learning dalam kegiatan belajar mengajar di
MAK Husnul Khotimah merupakan respon yang baik terhadap perkembangan
mutakhir sistem pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran
Fiqih, yang merupakan mata pelajaran penting sekaligus pendukung bagi mata
pelajaran lainnya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dengan judul : “METODE ACTIVE LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN FIQIH DI MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN
HUSNUL KHOTIMAH, KABUPATEN KUNINGAN PROPINSI JAWA
BARAT TAHUN AJARAN 2007/2008“.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap judul diatas,
maka penulis merasa perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam
judul tersebut sebagai berikut :
1. Metode
Metode artinya cara kerja yang bersistem utuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1986: 652). Sehingga dapat diartikan bahwa metode
atau metodologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara atau
yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan
efesien.
2. Active Learning
Yaitu metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara
aktif , dengan menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari
materi pelajaran, memecahkan masalah, atau mengaplikasikan apa yang
baru mereka ketahui ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata
(Hisyam zaini, 2002: xvi).
3. Pembelajaran
Upaya membelajarkan siswa untuk belajar (Kus Irsyanto, 2004: 4) dalam
pembelajaran menunjukkan adanya interaksi antara guru dan siswa, di satu
pihak guru melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan yang membawa
anak ke arah tujuan, lebih dari itu anak atau siswa dapat melakukan
serangkaian kegiatan yang disediakan guru yaitu kegiatan belajar yang
terarah pada tujuan yang ingin dicapai.
4. Fiqih
Fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang ‘amaliah (praktis)
yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Al-Jurzaniy memberikan
definisi lain sehubungan dengan pengertian fiqih, yaitu sebagai suatu ilmu
yang diperoleh dengan menggunakan pemikiran (Djazuli, 2000: 20). Fiqih
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sub bidang studi pendidikan
islam yang diajarkan di MAK Husnul Khotimah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan arti keseluruhan
dari judul penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
metode active learning dalam pembelajaran fiqih di Madrasah Aliyah
Keagamaan (MAK) Husnul Khotimah
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dimaksudkan agar penelitian tidak melebar
permasalahannya, sehingga mudah untuk memahami hasilnya. Berdasarkan
latar belakang yang telah penulis uraikan diatas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan metode Active Learning dalam pembelajaran
Fiqih di MAK Husnul Khotimah?
2. Apakah faktor pendorong dan penghambat dalam penerapan Active
Learning?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
a. Mendeskripsikan
pelaksanaan
metode
Active
Learning
dalam
pembelajaran Fiqih di MAK Husnul Khotimah.
b. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam penerapan
Active Learning.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Memberikan masukan dan sebagai informasi di kalangan
masyarakat, siswa dan pada dunia pendidikan dalam khasanah ilmu
pengetahuan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bias sebagai bahan literature
penelitian yang akan datang dengan masalah yang sejenis.
b. Manfaat Praktis
1. Memberi informasi bagi guru dalam meningkatkan mutu proses
belajar mengajar dikelas.
2. Untuk meningkatkan sumber daya umat Islam yang berkualitas.
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian semacam ini juga pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya :
1. Ita Isdiyanti (STAIN: 2006), dengan judul skripsi Pelaksanaan Metode
Active Learning Dalam Pembelajaran PAI kelas III SD Islam Al-Azhar
28 Solo Baru. Penelitian ini menemukan bahwa dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah tanpa
mengimbanginya dengan metode lain telah menjadi
cukup mendasar, yakni tujuan pembelajaran kurang optimal, munculnya
generasi-generasi yang pasif, tidak mempunyai kreatifitas dalam berfikir,
dan dalam hidupnya mereka akan bergantung pada orang lain. Belajar
aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara
pribadi menarik hati, dimana siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang
pelajaran tertentu, dan mendiskusikannya dengan yang lain. Pelaksanaan
Metode Active Learning Dalam Pembelajaran PAI kelas III SD Al-Azhar
28 Solo Baru dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok di awal pelajaran, guru memfasilitasi
anak dengan mempersiapkan beberapa alat edu game, serta di akhir
persoalan yang
pelajaran guru selalu memberikan tugas dilembar kerja. Adapun kendala
yang dialami antara lain, saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada
beberapa siswa yang membuat keributan, sehingga siswa lain jadi
terganggu, serta tidak semua mata pelajaran dapat tersampaikan dengan
metode permainan.
2. Intan Azizah (UMS: 2006) dalam skripsinya yang berjudul Efektifitas
Strategi “Card Sort” Dan “Index Card Match” Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Kelas IV SD Negeri Saren 2 Kalijambe
Sragen Tahun Ajaran 2005/2006 menyimpulkan bahwa strategi “Index
Card Match” lebih efektif daripada strategi “Card Sort” bila digunakan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SD Negeri
Saren 2 Kalijambe Sragen tahun ajaran 2005/2006.
3. Ahmad Zanin Nu’man (UMS: 2007) dalam skripsinya yang berjudul
Metode Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah
Aliyah Keagamaan Darul Falah Sirahan Kecamatan Cluwak Kabupaten
Pati Tahun ajaran 2006-2007 yang berkesimpulan bahwa para guru
bahasa arab di pondok Darul Falah telah memakai beberapa metode
Active Learning, seperti True or False, Broken Teks dan Rotating roles,
dan hasilnya cukup meningkatkan daya belajar para siswa.
Berdasarkan penelitian di atas, tampak belum ada yang meneliti
tentang pembelajaran fiqih dengan menggunakan Metode Active Learning
terutama di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Husnul Khotimah.
Dengan demikian, masalah yang diangkat dalam penelitian ini memenuhi
unsur kebaruan atau non-duplikasi.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field recearch). Adapun
sifat penelitian ini adalah kualitatif, sehingga tanpa menggunakan teknik
analisis statistic ataupun interpretasi kuantitatif.
2. Menentukan Subyek Penelitian
Populasi adalah seluruh subyek penelitian, apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen dalam suatu wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi studi, atau penelitiannya juga disebut
populasi / studi sensus (Suharsini Arikunto, 1993: 102). Dalam penelitian ini
populasinya adalah siswa Madrasah Aliyah Keagamaan kelas XI B yang
berjumlah 31 siswa beserta guru. Karena jumlah populasinya 31 siswa maka
penelitian termasuk penelitian populasi.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa metode, yaitu :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis
fenomena yang diteliti (Suharsini, 1998: 128). Metode ini penulis
gunakan untuk mengamati, mendengarkan, dan mencatat langsung
terhadap pelaksanaan metode Active Learning dalam pembelajaran
Fiqih di Madrasah Aliyah Keagamaan husnul Khotimah.
b. Metode Interview
Metode interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memeperoleh informasi dari
terwawancara
penggunaan metode ini adalah untuk mencari data yang berhubungan
dangan kurikulum, metode, dan teknik yang digunakan, serta usaha
lain dalam kegiatan pembelajaran Fiqih yang dalam hal ini dilakukan
dengan kepala sekolah dan guru Fiqih.
c. Metode dokumentasi
(interviewee).
(Suharsimi,
1998:
126)
maksud
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda dan lain-lain (Suharsimi, 1998: 159). Metode ini
penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya
MAK Hunul Khotimah, struktur organisasi, keadaan karyawan dan
guru, siswa, sarana prasarana dan sebagainya.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Adapun
analisis datanya akan menggunakan analisis kualitatif, dengan 3 langkah: (a)
reduksi data (data reduction), (b) penyajian data (data display), (c) penarikan
kesimpulan (verification). Ketiga langkah tersebut bersifat interaktif. Pada
tahap reduksi data akan dilakukan kategorisasi dan pengelompokkan data
yang lebih penting, yang bermakna dan relevan dengan tujuan penelitian,
sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Terakhir, pada tahap penarikan kesimpulan akan dilakukan pengujian
kredibilitas, transferbilitas, dan reliabilitas.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sebuah skripsi akan lebih sistematis jika disusun dengan sistematika
sesuai dengan kaidah yang baik, maka dalam skripsi ini penulis akan
mencantumkan sistematika dalam penulisan skripsi:
BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, penegasan
istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
karakteristik pembelajaran aktif, beberapa jenis metode active learning,
kekurangan dan kelebihan active learning, hal-hal yang harus diperhatikan
dalam penggunaan metode active learning dan pola pembelajaran fiqih.
BAB III Membahas tentang pelaksanaan metode active learning dalam
pembelajaran fiqih yang terdiri atas dua bagian. a) Gambaran umum Madrasah
Aliyah Keagamaan Husnul Khotimah yang meliputi letak geografis sekolah,
sejarah berdirinya, struktur organisasi, visi dan misi, prestasi Madrasah Aliyah
Keagamaan Husnul Khotimah, keadaan guru dan siswa, serta sarana dan
prasarana. b) gambaran umum pelaksanaan metode active learning dalam
Membahas tentang pengertian metode active learning,
pembelajaran fiqih, alasan penggunaan metode active learning, faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode active learning.
BAB IV
dalam pembelajaran fiqih, faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan metode active learning.
BAB V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
Analisis data terhadap pelaksanaa metode active learning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar