Minggu, 06 Februari 2011

skripsi fikih

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan
pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik
mengalami proses pemanusiaan kearah tercapainya pribadi yang dewasa/susila yaitu
sosok manusia dewasa yang sudah terisi secara penuh bekal ilmu pengetahuan serta
memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dalam perjalanannya nanti, manusia
yang selalu siap baik jasmani maupun rohani.
1
Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama
dan utama bagi seorang anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam
keberhasilan belajar. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama karena orang
tualah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan dan dikatakan sebagai
pendidik utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan
sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluarga
yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik prilaku, budipekerti,
maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik
kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka akan dapat tumbuh dan
1
Darmaningtiyas, Pendidikan Pada dan Setelah Krisis, (Evaluasi Pendidikan Pada Masa
Krisis), (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 1999), Cet Ke-1, h.3
id20190687 pdfMachine by Broadgun Software  - a great PDF writer!  - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com  http://www.broadgun.com 2
berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan didalam
keluarga adalah untuk membina, membimbing, dan mengarahkan anak kepada tujuan
yang suci.
Pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan
dorongan ini anak dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa
ini juga merupakan masa sensitif bagi anak, sebab apa yang dilihat dan apa yang
didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam
hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua,
karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak
dikemudian hari
Dengan demikian faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting,
sehingga mereka menjadi terbina, terdidik, dan belajar dari pengalaman langsung. Hal
ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau
pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata.
Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung didalamnya adalah
pendidikan informal, dengan orang tua sebagai pendidik. Orang tua adalah pendidik
kodrati.
2
Mereka pendidik bagi anak-anaknya, karena secara kodrati ibu dan bapak
diberikan anugrah oleh Allah berupa naruri orang tua. Kasih saying dan pengertian
keluarga khususnya orang tua akan meninggalkan yang positif dalam perekembangan
jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi
anak.
2
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001). Cet. Ke-5. h. 2153
Sebelum anak dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, berhitung,
membaca, menulis, dan sebagainya. Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang
tua harus bertanggung jawab memasukkan anaknya ke Sekolah dan membiayai
pendidikannya. Orang tua bertanggung jawab untuk membina anak-anaknya dan
mensejahterakan kehidupan mereka, adapun kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik
(Jasmani) dan mental (rohani).
Tanggung jawab dalam segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting
karena kualitas pribadi anak merupakan dari hasil pembinaan mental rohaninya. Salah
satu bagian dari tanggung jawab pembinaan mental rohani anak adalah
menyekolahkan anak ke sekolah atau ke lembaga pendidikan.
Berdasarkan realita dan peranan ketiga lembaga ini maka ahli pendidikan DR
Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tri pusat
pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Istilah tiga lingkungan
pendidikan itu dikenal dengan ìpendidikan informal, pendidikan formal dan
pendidikan non formal.î
3
Didalam lingkungan keluarga (informal) yang berperan menjadi pendidik
adalah orang tua (ayah dan ibu) orang tua merupakan pendidik yang pertama dan
utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya, Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa ìkeluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan
3
Madyo Ekosusilo, Rb Kasitid, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Efkarpublishing,
1995), Cet I h. 734
terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini keluarga selalu
mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap menusiaî
4
Sehubungan dengan hal ini, komisi pembaharuan pendidikan nasional juga
mengatakan bahwa : ìAgar keluarga dapat memainkan peranannya sebagai pendidik,
ia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan.
5
Pendidikan merupakan suatu usaha atau proses yang ditujukan untuk membina
kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam
kehidupan secara fungsional dan optimal, dalam Islam manusia dituntut untuk belajar
dan juga mengajar. kewajiban setiap individu orang Islam untuk menuntut ilmu dari
sejak buayan hingga akhir hayat, hal tersebut merupakan perintah Allah dan RasulNya, Adapun motivasi dan sekaligus anjuran untuk keutamaan memiliki ilmu
pengetahuan sesuai dengan firman Allah yang terdapat dalam Al-qurían pada surat
Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :
ΔϟΪΠϤϟ΍ ˳ΕΎ˴Ο˴έ˴Ω ˴ϢϠ˸˶όϟ˸΍ ΍˸ϮΗ˵ϭ΃˵ ˴Ϧ˸ϳ˶άϟ͉΍˴ϭ ˸Ϣ˵Ϝ˸Ϩ˶ϣ ΍˸ϮϨ˵˴ϣ΃˴ ˴Ϧ˸ϳ˶άϟ͉΍ ˵Ϳ΍ ˶ϊϓ˴˸ήϳ˴
Artinya : ìAllah meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajatî.
6
Dengan belajar kita akan memperoleh ilmu, dengan belajar pula kita akan
memperoleh pahala dari Allah Swt. Dan dengan ilmu hidup kita akan menjadi lebih
berguna.
4
Muhammad Shoehib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta : PT Runeka Cipta, 1998), Cet Ke-1, h.
10
5
Depdikbud, Program Akta Menagjar V-B Dasar Kependidikan, (Jakarta : UT, 1989), h. 740
6
Depag RI, Al-Qurían dan Terjemahnya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
Pentafsir Al-Qurían, 1971), h. 910-9115
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita
tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan agar
pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau Setidaknya sama dengan pendidikan orang
tua mereka, cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan keberhasilan
anak-anaknya di Sekolah.
Cara orang tua dalam membimbing anak belajar di Rumah berbeda satu sama
lain, karena tingkat pendidikan yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara
membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, karena tidak
semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak
dalam belajar di Rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga
anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan
bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya.
Anak adalah amanah bagi para orang tuanya. Dia bagaikan kertas putih yang
siap diwarnai dan dibentuk sesuai dengan keinginan orang tuanya. Selain itu dalam
kefitrahannya, anak membawa potensi yang siap dikembangkan, baik melalui tangan
orang tuannya, pendidik, maupun masyarakat sekitarnya karenanya orang tua harus
pandai dan bijak dalam memberikan arahan, bimbingan, dan pendidikan bagi anakanaknya .
7
Orang tua dalam mendidik anaknya tidak harus sama persis dengan para
pendidik (guru) yang berada di lingkungan sekolah. Mendidik anak dengan baik dan
7
Fatmawati M, famawi Dkk, Manfaat Waktu Luang Anakbagaimana Caranya ? (Jakarta :
Gema Insani Pers 2001), Cet. Ke- I, h. 5-66
benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar, disela-sela
waktu luang orang tua dapat memberikan berbagai arahan bimbingan dan pendidikan,
para orang tua harus menguasai dan menyesuakannya perkembangan anak, ada tiga
aspek penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya yaitu :
pertama : aspek kognitif mencakup didalamnya pengetahuan, pemahaman penerapan,
analisa, sintesis dan evaluasi. Kedua, adalah aspek afektif mencakup penilaian,
penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Ketiga aspek psiomotorik
mencakup persepsi, persiapan, berbagai gerakan penyesuaian pola gerakan serta
kreatifitas. Ketiga aspek diatas haruslah menjadi prioritas utama bagi para pendidik
atau orang tua dalam mendidik anak-anaknya sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
Menurut Ramayulis orang tua menjadi pendidik terhadap anak-anaknya
fungsinya adalah mempertanggungjawabkan melindungi, mengasah, mangasuh, dan
mengasihi.
Pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan
tatanan pergaulan yang berlaku dalamnya tanpa harus diumumkan atau dituliskan
terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga disini
diletakkan dasar-dasar pergaulan melalui kasih sayang dan penuh kecintaan
kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan.
Setiap waktu manusia tidak pernah lepas dari belajar, belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
Latihan dan pengalaman itu tidak saja diperoleh dari buku-buku atau sekolah saja7
tetapi dipelajari pula dari tingkah laku kehidupan sehariñhari dan kebiasaan dan
tingkah laku, ini dipengaruhi oleh pola asuh yang berlaku dalam suatu keluarga.
Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas
potensi anak secara wajar potensi jasmaniyah dan rohaniyah anak diupayakan tumbuh
dan berkembang secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani
seperti pemenuhan kebutuhan sandang pangan dan papan sedangkan potensi
rohaniyahnya anak diupayakan pengembangannya secara wajar melalui usaha
pembinaan intelektual, keagamaan, perasaan dan budi pekerti yang agung dan mulia.
Selain itu melihat dari kenyataan bahwa keluarga yang orang tuanya
berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan ternyata berhasil dalam mendidik
anaknya. Sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya berpendidikan tinggi ternyata
kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak disini adalah
anak yang di sekolahnya pintar dan memperoleh prestasi yang baik
Dari uraian di atas penulis merasa tertarik dan terpanggil untuk menyusun skripsi
dengan judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua
terhadap Prestasi Belajar Anak Kelas II SMK Triguna Utama, Ciputat,
Tangerang, Banten.
Adapun alasan penulis memilih judul di atas sebagai berikut :
1. Penulis ingin mengetahui apakah pengalaman belajar orang tua berpengaruh
terhadap prestasi belajar anak?8
2. Penulis ingin mengetahui Apabila orang tuanya berpendidikan tinggi, apakah
prestasi belajar anaknya juga tinggi ?
3. Penulis ingin mengetahui apakah dorongan dari orang tua mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap prestasi belajar anak ?
B Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
a. Mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan kemampuan penulis yang tidak
mungkin dapat melakukan pada semua jenjang sekolah, maka masalah
penelitian dibatasi hanya pada SMK Triguna Utama yaitu tentang
ìPengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi
belajar anakî, Orang tua yang akan diteliti yaitu orang tua kandung dari
siswa kelas dua, dan dorongan atau motivasi yang dimaksud adalah
motivasi dari luar yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya.
Adapun dorongan orang tua dilihat dari :
1. Pemenuhan alat-alat belajar atau pasilitas belajar yang berupa materi
2. Dorongan orang tua dari segi ucapan atau perkataan
3. Dorongan orang tua dari segi tingkah laku atau perbuatan.
b. Dalam Penelitian ini, prestasi belajar siswa yang digunakan nilai raport,
yaitu kemampua nsiswa setelah menjalani proses belajar mengajar dengan
indikator nilai raport semester III
c. Siswa yang penulis maksud adalah siswa SMK Triguna Utama kelas dua9
2. Perumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini jelas dan terarah
maka perlu adanya perumusan masalah, yaitu : ìPengaruh Tingkat Pendidikan dan
Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerangî. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan
dorongan orang tua terhadap prestasi belajar anak. Untuk lebih jelasnya perumusan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ?
b. Bagaimana dorongan orang tua terhadap prestasi belajar anak ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini :
a. Untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan
orang tua terhadap prestasi belajar anak Kelas II SMK Triguna Utama
Ciputat Tangerang Banten
b. Untuk mengetahui tentang ada tidaknya pengaruh dorongan orang tua
terhadap prestasi belajar anak kelas II SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang Banten
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan
dorongan orang tua terhadap prestasi belajar anak kelas II SMK Triguna
Utama Ciputat tangerang Banten10
D. Kegunaan Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para
Orang tua/ibu dan dapat dijadikan rujukan atau sumber yang bermanfaat
untuk memberikan motivasi atau dorongan terhadap prestasi belajar anak
b. Bagi Orang tua murid, sebagai bahan pemikiran untuk meningkatkan diri
dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya agar dapat
membimbing anaknya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, orang
tua murid sebagai pendidik yang pertama dan utama dapat dijadikan
informasi dan pertimbangan dalam mendidik dan mengarahka serta
memberikan dorongan anaknya agar mendapatkan prestasi belajar yang
optimal
c. Memberikan informasi tentang pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan
orang tua terhadap prestasi belajar anak
d. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti yang akan mengembangkan
ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan hal-hal yang berkaitan
dengannya
e. Bagi peneliti sendiri, sebagai ajang latihan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan menanbah wawasan untuk mendalami sebagai pendidik
dan pengajar.11
E. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan
masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari : A. Latar Belakang Masalah, B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D.
Kegunaan Penelitian, dan E. Sistematika Penulisan.
BAB II : Kajian Teoritis, terdiri dari : A. Tinjauan Pustaka Meliputi Pengertian
Pendidikan, Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan dan Jalur
jenis dan jenjang Pendidikan. B. Dorongan atau motivasi Meliputi
Pengertian Dorongan atau Motivasi, macam-macam dorongan atau
Motivasi dan Fungsi Dorongan atau Motivasi. C. Hakikat Prestasi
Belajar Meliputi Pengertian Prestasi Belajar. D. Pengaruh tingkat
pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak Meliputi
Pengertian Orang Tua, Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua, dan
Tugas Dan Peran Orang Tua E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar F. Kerangka Berfikir. G. Pengujian Hipotesis.
BAB III : Metodologi Penelitian yang terdiri dari : A.Tujuan Penelitian, B.
Tempat dan waktu penelitian, C. Tehnik pengumpulan data, D.
Populasi dan sampel E. Konsep dan pengukuran variabel, F. Tehnik
analisa data12
BAB IV : Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian,
terdiri dari : 1. sejarah singkat SMK Triguna Utama, 2. Visi dan Misi
SMK Triguna Utama, 3. Keadaan Lingkungan sosial sekitar, 4.
Biodata Guru SMK Triguna Utama, 5. Biodata Karyawan, B.
Deskripsi hasil penelitian, C. Deskripsi data
BAB V : Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi
yang penulis susun. Bab lima ini penulis mengemukakan kesimpulan
dari seluruh hasil penelitian, dan saran-saran dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar anak di SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang Banten.13
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan
Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya, maka
diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan pendidikan adalah
salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan,
bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan ini sama sekali tidak bisa
dipisahkan dari kehidipan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan
bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh
maju mundurnya pendidikan di negara tersebut, sebab pembangunan ekonomi, sosial
budaya, politik dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak
memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam
setiap fase dan proses pembangunan.
Pengertian pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi
tujuan kehidupan secara efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari sekadar pengajaran,
karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau
negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu.
Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan
id20215734 pdfMachine by Broadgun Software  - a great PDF writer!  - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com  http://www.broadgun.com 14
budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi
mereka dalam setiap aspek kehidupan.
1
Para ahli pendidikan telah banyak yang mengartikan pengertian pendidikan.
Pengertian-pengertian yang diberikan beragam sekali, sehingga terjadi perbedaanperbedaan tergantung tokoh itu memandangnya. Walaupun ada perbedaan pandangan
tentang pengertian pendidikan, secara umum terdapat kesamaan didalam merumuskan
pengertian pendidikan tersebut.
Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata ìdidikî yang mendapat
awalan ìpeî dan akhiran ìanî , maka menjadi kata pendidikan .
Dalam bahasa Arab disebut ìtarbiyahî dan kata ìrabbaî kata ini sering
digunakan sejak Zaman Nabi Muhammad SAW sebagai yang tercantum dari surat
Al- Isra ayat 24 :
΍˱ή˸ϴ˶ϐ˴λ ϰϧ˶ Ύϴ˴Α͉˴έ Ύ˴Ϥ˴ϛ Ύ˴Ϥ˵Ϭ˸Ϥ˴Σ˸έ΍ ͋Ώ͉έ ˸Ϟϗ˵ ˴ϭ ˶Δ˴Ϥ˸Σ͉ήϟ΍ ˴Ϧ˶ϣ ͋ϝ͊άϟ΍ ˴ΡΎϨ˴˴Ο Ύ˴Ϥ˵Ϭϟ˴ ˸ξϔ˶˸Χ΍˴ϭ
˯΍ήγϻ΍
Artinya : ìDan redakanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
kasih sayang dan ucapkanlah ìwahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya,
sebagai mana mereka berdua telah mendidik ku waktu kecilî. (QS Al-Isra: 24)
2
Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang
pendidikan Prof. Zaharai Idris, M.A. misalnya, mengatakan bahwa ìPendidikan ialah
serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si
1
Azyumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidian Islam, (Yogyakarta : Logos.
1999). Cet. Ke- 1. h. 3
2
Departemen Agama RI, Al-Qurían dan Terjemahnya, (Bandng : Angkasa, t. th), h. 1115
anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
3
Prof. Dr. M.J Langeveld mengatakan bahwa ìPendidikan ialah pemberian
bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya.î
4
Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa ìPendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utamaî.
5
Menurut John Dewey ìPendidikan adalah proses pembentukan kecakapankecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusiaî.
6
Menurut K.H. Dewantara ìPendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anakî.
7
Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian
pendidikan sebagai berikut ìPendidikan adalah proses membimbing manusia dari
kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik
yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan
manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidupî.
3
Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidika, ( Bandung : Angkasa. T.th ). h. 11
4
Sutari Imam Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit FIP IKIP
, t. Th), Cet. Ke-10, h. 5
5
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsapat Pendidikan Islam, (Bandung : PT.Al-Maíarif , t.
Th), cet. Ke-1, h. 20
6
Sudirman.et. al. Ilmu Pendidikan. (Bandung : PT. Rosdakarya, 1991 ). Cet. Ke-5. h.4
7
Madyo Ekosusilo. R.B, Kasihadi. Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar Publising.
1990 ), Cet. Ke-1, h.1216
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ialah : usaha
manusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik
sampai tujuan yang dicita-citakan oleh Pendidikan, hal ini mengandung arti bahwa
Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang
perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang
diinginkan. Disisi lain pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, ia
merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi untuk mempertahankan eksistensi
ummat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan atau
bimbingan itu harus dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak
didik yang bersifat menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun
rohani.
Setelah penulis uraikan beberapa pengertian pendidikan secara umum maka
tentunya ada pengertian secara khusus. Pengertian secara khusus ini adalah
pengertian pendidikan menurut Islam. Jika pengertian pendidikan dikaitkan dengan
agama Islam akan menimbulkan makna lain dan mempunyai arti tersendiri, di
samping ada perbedaan-perbedaan atau sifat yang menjadi ciri-ciri dalam pendidikan
Islam, yaitu pendidikan yang diwarnai oleh nilai-nilai Islam. Pendidikan umum
diharapkan terbentuknya kepribadian anak didik sesuai dengan ajaran Islam, sehingga
ia menjadi orang dewasa yang berbudi pekerti luhur menurut ukuran Islam. Hal ini
sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan oleh :17
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba ìPendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islamî.
8
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli didik Islam
berbeda pendapat menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, sebagian lagi
menurut pendidikan teori dan praktek, sebagian lain menghendaki terwujudnya
kepribadian muslim. Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil
kesimpulan adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai
berikut : Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.
Konsep yang lebih jelas dan tegas bahkan mudah dipahami banyak orang adalah
pendidikan yang dirumuskan dalam UU RI No 2 th 1989. Bab 1, pasal 1. butir 1 :
ìPendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranan masa yang akan datangî.
9
Konsep ini menjelaskan, bahwa pendidikan memiliki fungsi dan tujuan tertentu,
dengan pendidikan akan tercapai kehidupan yang harmonis yang seimbang antara
kehidupan fisik material, kebutuhan mental spiritual, mampu berdiri sendiri tanpa
ketergantungan terhadap orang lain dan berfungsi sebagaimana mestinya sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut serta cita-cita yang telah ditetapkan.
8
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia,1997), Cet. Ke-2, h. 9
9
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994), Cet. Ke-718
Dari beberapa pengertian pendidikan secara umum yang telah diuraikan di atas,
jika dikaitkan dengan agama Islam, akan menimbulkan lain, dan mempunyai arti
tersendiri, disamping ada perbedaan-perbedaan atau sifat yang menjadi ciri-ciri dalam
pendidikan, yaitu pendidikan yang diwarnai oleh nilai-nilai muatan agama Islam. Jika
dengan pendidikan umum diharapkan terbentuknya kepribadian anak didik, maka
dengan pendidikan Islam diharapkan dapat terbentuk kepribadian anak didik sesuai
dengan ajaran Islam, sehingga ia menjadi orang dewasa yang berbudi luhur menurut
ajaran Islam, sebagaimana pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan oleh
Ahmad D. Marimba sebagai berikut : ìPendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju pada terbentuknya
kepribadian utamaî.
10
Menurut Soegarda Poerbakawatja adalah : ìPendidikan Islam adalah segala usaha
yang dilakukan umat Islam yang telah dewasa untuk membentuk manusia muslim
yang berakhlak luhur, berbudi mulia atau tinggi dan bertakwa serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan umat atas dasar pengabdian kepada Allahî.
11
Sementara DR. Hasan Langulung mendefinisikan sebagai berikut : ìPendidikan
Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peran, pemindah
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan Fungsi manusia untuk
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhiratî.
12
10
Ahmad D Marimba, op.cit.. h.23
11
Soegarda Poerbakawartja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1998), h. 214
12
Hasan Langgung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Maíarif.
1908), Cet. Ke-1, h. 7519
Dari beberapa pengertian-pengertian tentang pendidikan tersebut di atas, terlihat
jelas perbedaan antara pendidikan Islam dengan pendidikan umum. Dalam
pendidikan umum yang menjadi sumber pengetahuan adalah kebudayaan, yaitu nilainilai yang berkembang dalam masyarakat sehingga dari hasil cita rasa dan karya
manusia secara estafet diwariskan kepada generasi penerus, sedangkan dalam
pengertian pendidikan Islam, pengembangan pengetahuan disamping bersumber pada
kebudayaan juga bersumber pada Al-Qurían dan Hadits yang sekaligus menjadi filter
nilai-nilai kebudayaan.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Kelancaran proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat
dibebankan secara berat pada salah satu faktor pendidikan. Faktor yang
mempengaruhi pendidikan adalah anak didik, alat pendidikan, tujuan pendidikan,
pendidik dan lingkungan pendidikan. Kelima faktor pendidikan tersebut saling
berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dari kelima faktor pendidikan di atas, faktor yang paling menentukan ialah guru
atau pendidik, seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan, atau
keterampilannya dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau falsafah
hidup yang dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teori belajar dan
mengajar yang dianutnya. Semua itu akan memberi cap pada pekerjaannya dan
menentukan hasil pendidikan yang diberikannya.
3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan20
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, ketentuan
tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan terdapat dalam Bab VI pasal 13,14,15, dan
16.
a. Jalur Pendidikan
Sesuai dengan pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa ìJalur
Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya.î
13
b. Jenis Pendidikan
Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 bahwa ìJenis pendidika mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khususî.
Jalur pendidikan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah tingkat pendidikan
formal, di mana sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan formal
melaksanakan tugas pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan kemampuan
peserta didik sehingga perlu adanya jenjang-jenjang pendidikan. Menurut A. Murni
Yusuf, jalur pendidikan formal yaitu pendidikan yang berstruktur, mempunyai
jenjang atau tingkatan dalam periode tertentu dari sekolah dasar perguruan tinggi.
14
Sementara Yusuf Enoch menyatakan bahwa pendidikan formal adalah
pendidikan yang berstruktur mempunyai jenjang dalam periode waktu tertentu yang
berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dengan cakupan di samping bidang
13
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasiona, (Bandung : Citra
Umbara, 2003), h. 12
14
A. Marni Yusuf, Ilmu Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Gunung Mulia, 1998), Cet. Ke-321
studi akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan
teknis dan lapangan.
Contoh dari pendidikan formal antara lain, untuk bidang pendidikan umum, yakni
: SD ñ 6 tahun dan SMU ñ 3 tahun, sedangkan untuk bidang pendidikan kejuruan,
Yakni : STM, SMK, dan SMKK selama 3 tahun.
c. Jenjang Pendidikan
Istilah jenjang pendidikan dapat dikatakan sebagai tahapan atau tingkatan yang akan
ditempuh dalam pendidikan sesuai yang tercantum dalam jenjang pendidikan di
Indonesia, yang mengatakan, ìJenjang pendidikan adalah suatu tahapan dalam
pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para
perserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pelajaranî.
Sementara dalam UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang
pendidikan formal yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar
diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan serta membentuk
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.
Selain itu befungsi pula sebagai landasan untuk jenjang pendidikan menengah, karena
tidak cukup hanya dengan mengenyam pendidikan dasar saja untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan. Khusus bagi wanita dalam membina rumah tangganya
dengan segala problemnya nanti. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar dan juga memiliki kemampuan
mengenai hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan juga alam22
sekitarnya. Dalam pendidikan menengah ini kedewasaan seseorang mulai tumbuh dan
berkembang dalam menentukan jalan hidup yang akan dijalaninya. Pendidikan tinggi
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian
15
Dengan pendidikan tinggi inilah seseorang, dalam hal ini adalah orang tua
khususnya ibu diharapkan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi baik
oleh diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sehingga seorang ibu dalam sebuah
keluarga dihpkan dapat mengenyam pendidikan tinggi sebagai bekal wawasan yang
akan menuntunnya dalam kedewasaan berfikir dan bertindak di dalam rumah
tangganya sehingga menjadi keluarga sakinnah mawaddah wa rahmah atau dalam
bahasa kita menjadi keluarga sejahtera.
Jadi yang dimaksud dengan tingkat pendidikan dalam penulisan skripsi ini adalah
pendidikan yang berstruktur dan berjenjang dengan periode tertentu serta memiliki
program dan tujuan yang disesuaikan dengan jenjang yang diikuti dalam mendidik.
B. Dorongan atau Motivasi
1. Pengertian dorongan atau motivasi
Motif (motine) berasal dari akar kata bahasa latin "movere" yang kemudian
menjadi "motion" yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motive
15
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1997 ). Cet.
Ke-2, h. 8323
merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang melakukan berbagai
kegiatan dan tujuan tertentu.
16
Adapun motivasi yang tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia
Kontempoler adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik
secara sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan jalan tertentu.
17
Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wood Worth dan
Marqius dalam bukunya Psikologi, yaitu a motive is a set predisposes the individual
of certain aktivies an for seeking certain goals. Motif adalah suatu set (kesiapan)
yang menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.
18
Menurut Atkinson "Motivation referts to the factors that energize and direct
behavior". (motivasi mengacu pada factor-faktor menggerakkan dan menggerakkan
tingkah laku). Menurut Mc. Donald Motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya "Feeling" dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan dan menurut Silverstone motif merupakan tahap
awal dari proses motivasi.
19
Jadi motivasi (motivasion) adalah pemberian atau penumbuhan motif atau hal
yang menjadi motif, tegasnya motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi
16
Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya, 1993),
Cet, Ke-4, h.114
17
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Inadonesia Kontemporer, (Jakarta :
Modern English, 1991)
18
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikuluml Nasional IAIN Fakultas
Tarbiyah, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-1, h.80
19
Ibid h.12924
aktuif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa
sangat mendesak.
Motivasi merupakan segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu
tingkah laku.
2. Macam-Macam Dorongan atau Motivasi
Banyak pendapat para ahli tentang klasifikasi motivasi, pembagian itu dibuat
berdasarkan sudut pandang budaya yang digelutinya. Menurut Sartain, motif itu dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu physiological drive (dorongan-dorongan yang
bersifat fisik) dan social motivies (dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan
orang atau manusia yang lain)
Lalu Wood Worth juga membagi motif menjadi dua bagian, yaitu Unlearned
motivies (motif yang tak dipelajari atau motif bawaan) dan Learned Motivies (motif
yang timbul karena dipelajari)
20
Berdasarkan atas jalaranya, maka motif dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau
motivasi yang erat hubungannya dengan jam belajar, misalnya ingin memahami
suatu konsep, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan
dan sebagainya.
20
Ibid h. 13025
Atau dengan kata lain motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Dari contoh diatas dapat dipahami bahwa hal yang dapat menimbulkan motivasi
intrinsik diantaranya adalah :
1. adanya kebutuhan
2. adanya pengetahuan sebagai kemajuan diri
3. adanya cita-cita atau aspirasi.
21
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu atau
motivasi ini tak ada kaitannya dengan jam belajar seperti belajar karena takut kepada
guru atau karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai tinggi yang semuanya tak
berkaitan langsung dengan jam belajar yang dilaksanakan
22
Pada dasarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak
didorong oleh motif-motif ekstrinsik, tapi banyak pula yang didorong oleh motifmotif intrinsik atau oleh keadaan sekaligus.
Seperti halnya dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai jam dan hasil belajar yang optimal, siswa banyak
terpengaruh oleh motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari
dalam dirinya, atau mungkin dapat berpengaruh secara bersamaan sesuai dengan
situasi yang berkembang.
21
Akhyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang : Dina utama Semarang , 1996), Cet, ke-1,
h. 75
22
Alisuf Sabri,Op.Cit. , h.8526
Meskipun terdapat motivasi ekstrinsik yang kerap pengaruhi kondisi dan hasil
belajarnya, namun yang paling utama yang harus dimiliki oleh siswa tersebut adalah
motivasi yang berasal dari dalam dirinya (Motivasi intrinsik). Dengan motivasi yang
ada tersebut maka siswa tak akan goyah dan rapuh jika terdapat gangguan dan
hambatan dalam mencapai hasil belajar (prestasi belajar) yang baik, disamping itu
dengan motivasi yang kuat siswa akan berusaha sungguh-sungguh dalam belajar
untuk mencapai jam-jam pendidikan yang diharapkan.
3. Fungsi Dorongan atau Motivasi Dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi
tekun dan bergairah dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu kualitas hasil
belajar siswa (prestasi belajar) juga kemungkinannya dapat terwujud, siswa yang
dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun
berhasil belajarnya, kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi
motivasi sebagai berikut :
1. Dorongan orang tua untuk berbuat sesuatu dalam mencapai jam
2. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan
3. Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi
senantiasa selektif dan tetap terarah kepada jam yang ingin dicapai.
23
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan, tetapi juga
menentukan hasil perbuatan.
23
Ibid., h. 8627
Motivasi akan mendorong untuk belajar atau melakukan sesuatu perbuatan dengan
sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya.
Menurut Cecco ada 4 fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar yaitu :
1. Fungsi membangkitkan (Arousal Function)
Dalam pendidikan arousal diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa
yang diusahakan oleh guru untuk mengikut sertakan siswa dalam belaja. Fungsi ini
menyangkut tanggung jawab yang terus-menerus untuk mengatur tingkat yang
membangkitkan guna menghindarkan siswa dari tidur dan lupa emosional
2. Fungsi harapan (expectancy function)
Fungsi ini menghendaki agar guru memelihara atau mengubah harapan
keberhasilan atau kegagalan siswa akan mencapai jam instuksional dan
menghendaki agar guru mengurauikan secara kongkrit/konkret kepada siswa apa
yang harus dilakikan setelah pelajaran berakhir. Disamping itu pula guru harus
menghubungkan antara harapan-harapan dengan jam siswa yang dekat dan yang
jauh seraya mengikut sertakan usaha siswa sepenuhnya dalam belajar.
3. Fungsi intensif (intensive function)
Fungsi ini menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang
berprestasi dengan cara seperti mendorong usaha lebih lanjut dalam mengajar jam
instruksional.
4. Fungsi disiplin (disciplianari fungction)28
Fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang
dengan menggunakan hukuman dan hadiah.
24
Disamping itu motivasi sebagai sesuatu proses mengantarkan murid kepada
pengalaman yang mengiginkan dapat belajar, dan proses motivasi tersebut memiliki
beberapa fungsi yaitu yang pertama memberi semangat dan mengaktifkan murid agar
tetap berminat dan siaga. Kedua memusatkan perhatian anak pada tugas tertentu
untuk mencapai pembelajaran. Ketiga, membuat memenuhi kebutuhan akan hasil
janka panjang dan jangka pendek.
25
Dua pendekatan teoritis yang cukup berbeda terhadap motivasi manusia
dipaparkan oleh para pakar psikologi dalam teori psikologi sebagai berikut :
1. Tori psikoanalisis
Freud menekankan adanya dua dorongan dasar seks dan agresi. Motif ini timbul
pada masa bayi, bila orang tua melarang ekspresinya. Motif ini aktif sebagai motif
tak sadar dan akan diekspresikan secara tidak langsung atau simbolik
2. Teori belajar sosial
Teori belajar sosial ini menekankan pola prilaku yang dipelajari dalam usaha
menghadapi lingkungan belajar dapat terjadi melalui penguatan langsung atau
melalui orang lain dengan mengamati akibat prilaku yang ditampilkan orang lain,
proses kognitif memungkinkan orang memperkirakan kemungkinan akibat dan
24
Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan , Op Cit. h. 115-116
25
Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1990), Cet. Ke-1, h.
86-8729
mengubah prilakunya sesuai dengan prilaku itu, penguatan diri yang didasarkan pada
standar prilaku kita sendiri juga merupakan control motivasi yang penting.
C. Hakikat Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu dijelaskan
pengertian prestasi dan belajar, oleh karena itu untuk memudahkan didalam
memahami tentang pengertian prestasi belajar, perlu mendapatkan pemahaman lebih
jauh mengenai makna prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer
dinyatakan bahwa : ìprestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerjaî.
26
Sedangkan
dalam kamus bahasa Indonesia bahwa : ìprestasi adalah hasil yang telah dicapai (dan
yang telah dilakukan atau dikerjakan)î.
27
Dari pengertian di atas dapat dicermati adanya makna yang sama, yang intinya
adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan, oleh karena itu dapat dipahami
bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan kerja secara individu maupun
kelompok dalam suatu bidang tertentu.
Sedangkan kata prestasi itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie
kemudian dalam bahasa Indonesia prestasi yang diartikan menjadi ìhasil yang telah
26
S.F. Habeyb. Kamus Populer, (Jakarta : Nurani, 1983), Cet., Ke-20. h., 296
27
Depdik bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h., 70030
dicapai dari yang telah ditetapkanî.
27
Dalam kamus Bahasa Indonesia arti prestasi
adalah ìapa yang telah dihasilkan dan diciptakanî.
28
Prestasi merupakan salah satu
tujuan seseorang dalam belajar dan sekaligus sebagai motivator terhadap aktivitas
anak didik. Sedangkan kata belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
Dalam kamus Bahasa Indonesia disebut bahwa : ìBelajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalamanî
29
Belajar
itu bukan hanya menghafal dan mengingat saja, melainkan berinteraksi dengan
lingkungannya dan merupakan suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada
diri seseorang, dengan tujuan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, daya penerimaannya dan
aspek-aspek lain yang ada pada individu.
Penggabungan pengertian prestasi dan belajar mengandung pengertian
penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh Guru.
30
Bahkan
prestasi belajar berarti Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang
27
Sadirman M.A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1994). Cet. Ke-5, h. 38
28 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976),
Cet. Ke.5, h. 768
29
Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), Cet., Ke-1. h. 12
30
Depdik bud Kmus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998). Cet., Ke-1,
h.70031
diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk score setelah mengikuti
kegiatan belajar.
31
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teologis, bertujuan.
Tujuan proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan sebagai potensi
manusia yang paling alamiah adalah bertumbuh menuju ke arah atau ke tingkat
kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud dengan berhasil baik apabila pra
kondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan, misalnya : iklim, makanan,
kesehatan, keamanan, relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Jadi, keberhasilan pendidikan itu pada dasarnya adalah hasil yang didapat dari
pelaksanaan pendidikan tentunya melalui proses pengajaran yaitu melalui proses
belajar mengajar yang serius.
D. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak
1. Pengertian Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa : ìorang tua artinya ayah
dan ibuî.
32
Sedangkan menurut Miami M.Ed. dikemukakan bahwa : ìorang tua
adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannyaî.
33
Menurut
Ny Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa : ìorang tua adalah dua individu yang
31
Parmono Ahmadi ,Op.Cit., h.5
32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 269
33
Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan, (Jakarta :
Rajawali Press. 1982), h. 4832
berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan
kebiasaan sehari-hari.î
34
Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala
keluarga atau pemimpin rumah tangga ìorang tua sebagai pembentuk pribadi pertama
dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka
merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya
akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.î
35
Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapat anak yang akan menjadi
generasi penerus. Untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya di dalam
mengembangkan dan bimbingan generasi penerus yang baik, sehat jasmani dan
rohani maka perlu pola pemikiran yang terpadu antara suami istri atau orang tua yang
berasal dari dua kutub yang berbeda, mereka harus saling mempunyai toleransi dan
penyesuaian diri yang baik, sehingga kedua belah pihak saling melengkapi, bila
masing-masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, maka akan
dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia. Orang tua adalah figur dalam
proses pembentukan kepribadian anak, sehingga diharapkan akan memberi arah,
memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anaknya ke arah yang lebih
baik.
36
Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa
orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minm dan pakaian saja kepada anak-
34
Ny Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga, (Jakarta : Gunung Mulia, 1976), h. 27
35
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang. 1996), Cet. Ke-4, h. 26
36
Ny. Singgih D. Gunarsa, Op. Cit., h. 2733
anaknya tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia dan
berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat
mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan
rohani dapat bekembang secara optimal dan seimbang.
2. Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua
Tingkat pendidikan formal orang tua adalah tingkat pendidikan akhir yang
dimiliki oleh orang tua, apakah itu tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi Institut atau
Universitas.
Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama manusia hidup dan
tumbuh. Berlangsungnya pendidikan selalu melalui proses belajar. Karena itu,
semakin banyak orang belajar, akan semakin bertambah pengetahuan, pengalaman
serta pengertian tentang sesuatu. Belajar tanpa disadari mempengaruhi kepribadian
orang tua, baik dalam sikap, berfikir maupun cara bertindak. Orang tua yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, masing-masing akan
mempunyai pengaruh yang bebeda dalam cara membimbing belajar anaknya. Usaha
untuk memperoleh pengetahuan salah satunya adalah memulai pendidikan formal,
karena tingkat pendidikan formal yang dialami orang tua akan menentukan banyak
tidaknya pengetahuan yang ia peroleh dan ia miliki, terutama pengetahuan yang
diperlukan untuk memberikan bimbingan kepada anak dalam belajar dirumah.
3. Tugas dan Peran Orang Tua34
Tugas dan peranan orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai
berikut : mengasuh, membesarkan dan mengarahkan menuju kepada kedewasaan
serta menanamkan norma agama, nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat.
Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak,
memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan kepribadian dengan
penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban
kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri
(dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta keagamaannya.
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi :
a. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan
anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung
jawab, dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak;
b. Dorongan/motivasi kewajiban moral, sebagai kosekwensi kedudukan orang
tua terhadap keturunannya.;
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya
juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya.
37
Beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi seperti yang
dikemukakan oleh Dr. Singgih D. Gunarsa dalam majalah rumah tangga dan
kesehatan bahwa :
37
Tim Dosen FIP, IKIP Malang. Pengntar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1978), Cet.Ke- 3, h. 1735
Orang tua berperan menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anakanaknya bertumbuh sehat dengan postur tubuh yang lebih baik, maka anak-anak
harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang.
Secara mental supaya anak-anak tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain
kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana
belajar yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya anak-anak dapat
mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi
peluang untuk bergaul mengaktualisasi diri, memupuk kepercayaan diri seluasluasnya. Bila belum juga terpenuhi biasanya karena soal teknik seperti
hambatan ekonomi atau kondisi sosial orang tua.
39
Selanjutnya dikemukakan bahwa :
Perkembangan jiwa dan sosial anak yang terkandung berlangsung kurang
mantap akibat orang tua tidak berperan dengan selayaknya. Naluri kasih sayang
orang tua terhadap anaknya tidak hanya di manaifestasikan dengan
menyediakan sandang, pangan dan papan yang secukupnya. Anak-anak
memerlukan perhatian supaya tumbuh menjadi anak matang dan dewasa.
40
Berdasarkan berbagai penelitian para ahli psikologi dapat dikemukakan
beberapa hal yang perlu diberikan orang tua terhadap anaknya. Sebagaimana
diungkapkan sebagai berikut :
1. Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik;
2. Hargai kemandiriannya;
3. Diskusikan tentang berbagai masalah;
4. Berikan rasa aman, kasih sayang dan perhatian;
5. Beri contoh perkawinan yang berbahagia.
Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan
dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali
menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarga
39
Majalah Rumah Tangga dan Kesehatan, (Bandung : Publising Hous, 1993 ), h. 2
40
Ibid, h. 1236
lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak
didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap
pengaruh dari pendidikannya.
Maka orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan
kejiwaan anak serta mempengaruhi kehidupan sang anak. Kelahiran dan kehadiran
seorang anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya tanggung jawab
dari pihak orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang
pada hakikatnya juga dijiwai ini oleh tanggung jawab moral. Orang tua
mempunyaitanggung jawab dalam mendidik dan menunjukan kejalan yang benar,
serta serta menjaganya dari perbuatan-perbuatan jahat sehingga terhindar dari api
neraka,sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat 6.yang berbunyi :
ϢϳήΤΘϟ΍ ΍˱έΎϧ˴ ˸Ϣ˵Ϝ˸ϴϠ˶˸ϫ΃˴˴ϭ ˸Ϣ˵Ϝ˴δϔ˵˸ϧ΃˴ ΍˸Ϯϗ˵ ΍˸ϮϨ˵˴ϣ΁ ˴Ϧ˸ϳ˶άϟ͉΍Ύ˴Ϭϳ͊΃˴ ΂ϳ˴
Artinya : ì Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
siksa api neraka Öî(QS. At-Tahrim )
41
Di sinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya,
karena anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak
akan diminta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya.
Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, untuk
menerima tanggung jawab yang penting ini, maka harus mempersiapkan diri sebelum
dan sesudah menikah, tanggung jawab orang tua tidaklah terbatas dalam memberi
41
Depag RI. Al-Qurían dan terjemahannya, (Jakarat : Yayasan Penyelenggara Penterjemah AlQurían. 1984). Cet. Ke-4, h. 95137
makan, pakaian dan perlindungan saja, akan tetapi ia juga terikat dalam tugas
mengembangkan pikiran dan upaya untuk melatih anaknya secara fisik, spirit, moral
dan sosial. Dalam segala hal, orang tua harus bertindak sebagai pelindung anak dan
orang tua sebagai pelindung anak dan orang tua perlu memiliki ilmu pengetahuan
yang bermanfaat.
Dr. Jalali dalam bukunya ìPsikologi Anak,î sebagaimana yang dikutip oleh
Yeti Kurniawan dan bukunya ìPendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depanî
mengatakan ìPara individu yang telah mendapatkan pendidikan yang baik selama
masa kanak-kanaknya, maka mereka dapat mendidik anak-anak dengan baik pula.
42
Sementara itu Conny Semiawan dan kawan-kawan menyatakan bahwa :
Orang tua perlu membina anak agar mau berprestasi secaara optimal, karena
kalau tidak berarti suatu penyianyian terhadap bakatnya. Pembinaan dilakukan
dengan mendorong anak untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan
kemampuannya. Adapun orang tua karena tingkat pendidikan mereka sendiri
terbatas, karena acuh tak acuh atau karena kurang memperdulikan anak,
pendidikan anak, tak peka dalam pengamatan ciri-ciri kemampuan anaknya.
43
Diungkapkan selanjutnya oleh Conny Seyiawan dan Kawan-kawan bahwa :
Orang tua perlu menciptakan lingkungan rumah atau keluarga yang serasi,
selaras dan seimbang dengan kehadiran anak berbakat. Di samping itu perlu
menyiapkan sarana lingkungan fisik yang memungkinkan anak
mengembangkan bakatanya. Perlu sikap demokratis juga dalam memberikan
banyak larangan, dirangsang untuk menjadi mandiri dan percaya diri.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa orang tua
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat besar dan berat, serta peran yang
sangat berarti bagi masa depan anak-anaknya. Berdasarka uraian dan pendapat di atas
42
Yedi Kurniawan Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Jakarta :CV .Firdaus.
1993).Cet. Ke-3, h. 28
43
Ibid., h. 3138
dapat diketahui bahwa tugas dan tanggun jawab orang tua sangatlah tidak mudah,
seperti diungkapkan oleh Kartrini Kartono, bahwa :
Salah satu kewajiban dan hak utama orang tua yang tidak dapat dipindahkan
adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orang tua memberi hidup kepada anak, maka
mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anak mereka.
Jadi tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara mahluk baru
dengan kelahiran tetapi juga memelihara dan mendidiknya. Agar dapat melaksanakan
pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan adanya beberapa ilmu
pengetahuan tentang pendidikan.
44
Dalam hal ini yang akan penulis soroti mengenai ibu, karena sang ibu yang telah
mengandung dan melahirkan anaknya, memiliki kesempatan untuk menjadi seorang
yang paling dekat dengan anaknya. Hal ini terlihat sekali pada saat anak lahir ke
dunia, maka ibulah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anaknya. Saat
awal kehidupan balita ibulah yang pertama mendidik kemandirian seorang anak baik
berupa percakapan untuk minum, makan, berbicara, belajar dan lain-lain yang
mungkin juga bisa dibantu oleh anggota keluarga lainnya, tetapi pendidikan ibu
tentunya lebih mendominasi dalam pembentukan kepribadian si anak.
Anak merupakan titipan Allah maka setiap orang tua harus menjaganya dan
memeliharanya dengan baik dan setiap bayi yang lahir ke dunia ini dilahirkan dalam
keadaan Fitrah (suci) sehingga peran manusia dewasalah sangat dibutuhkan oleh si
44
Kartini Kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, Seri Psikologi Terapan 1, (Jakarta : Raja
Wali Pres. 1992), h. 3839
bayi, karena ia lahir ke dunia ini dalam keadaan fitrah (suci). Sebagai mana yang
dipertegas oleh hadis:
˸Ϯϳ˵ ͉ϻ·˶ ˳Ω˸Ϯϟ˵˸Ϯ˴ϣ ˸Ϧ˶ϣ Ύ˴ϣ ˴ϝΎ˴ϗ ˴ϢϠ͉˴γ ˴ϭ ˶Ϫ˸ϴϠ˴˴ϋ ˵Ϳ΍ ϰϠ͉˴λ ˶Ϳ΍ ˵ϝ˸Ϯ˵γ˴έ ˴ϝΎϗ˴ ˵Ϫ˸Ϩ˴ϋ ˵Ϳ΍ ˴ϲ˶ο˴έ ˴Γ˴ή˸ϳ˴ή˵ϫ ϰΑ˶΃˴ ˸Ϧ˴ϋ
˶Ϫϧ˶Ύ˴δ͋Π˴Ϥϳ˵ ˸ϭ΃˴ ˶Ϫϧ˶΍˴ή˶˷μϨ˴ϳ˵ ˸ϭ΃˴ ˶Ϫϧ˶΍˴Ω˶˷Ϯ˴Ϭϳ˵ ˵ϩ΍˴ϮΑ˴˴΄ϓ˴ ˶Γ˴ή˸τϔ˶ϟ˸΍ ϰϠ˴˴ϋ ˵Ϊϟ˴
Artinya : Rasulullah Saw Bersabda : setiap anak dilahirkan dalam keadaan
suci, maka orang tuanyalah yang dapat menjadikan Yahudi, Nasrani, atau
Majusi
Hadis di atas menyatakan bahwa orang tua merupakan pemeran utama dalam
mendidik anak, dalam hal ini adalah ibu. Secara kodrati bayi dilahirkan dalam
keadaan suci, keluargalah dalam hal ini kedua orang tuanyalah yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk mendidiknya sesuai cita-cita orang tua tersebut. Hal
ini disebabkan anak dilahirkan dalam keadaan tak berdaya, tetapi berpotensi untuk
dikembangkan, sehingga secara kodrati anak melakukan pendidikan atau bimbingan
dari orang dewasa.
Keberhasilan pendidikan seorang anak terutama yang menyangkut pencapaian
prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah
bagaimana cara orang tua mengarahkan cara belajar anaknya.
45
Jadi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dengan perkembangan
potensi yang dimilikinya termasuk potensi emosional, pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dengan kematangan emosional, pengetahuan, sikap yang dimiliki oleh
orang tua sedikit banyaknya akan memberikan kontribusi bagi anak-anaknya.
45
Zahara Idris, Pendidikan dan Keluarga, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 1995), Cet., Ke-2, h.4540
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi yang dicapai oleh seseorang individu merupakan hasil dari proses yang di
dalamnya terdapat interaksi dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar
diri (faktor eksternal), dalam jangka waktu tertentu tinggi rendahnya prestasi belajar
berlangsung kepada faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah :
1. Faktor Internal (dalam diri)
a. Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh
dan sebagainya.;
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri
atas :
1) Faktor intelektif yang meliputi faktor persona, yaitu : kecerdasan dan bakat
serta faktor kecakapan,yaitu prestasi yang dimiliki.
2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
2. Faktor Eksternal (luar diri)
a. Faktor sosial terdiri atas :
1) Lingkungan keluarga;
2) Lingkungan sekolah;
3) Lingkungan masyarakat;41
4) Lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual keagamaan.
Demikianlah beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Adapun faktor-faktor tersebut saling mendukung masa prestasi belajar anak akan
meningkat.
46
Faktor tersebut antara lain seperti yang telah dikemukakan di atas,untuk
melengkapi faktor di atas tadi penyusun ingin lebih memperinci kembali factorfaktor tersebut antara lain :
1. Faktor Lingkungan
a. Faktor lingkungan alam
Keadaan alam sekitarnya mempengaruhi hasil belajar murid, keadaan alam
yang tenang akan mempengaruhi kesegaran jiwa murid, sehingga
memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi dan dibandingkan dengan
keadaan lingkungan yang gaduh dan udara yang panas.
47
Prestasi belajar anak
di sekolah tidak hanya disebabkan oleh faktor intelegensi saja, akan tetapi
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
46
Abu Ahmadi dan widodo Supriarno, Psikologi Belajar, (Jakarta Rineka Cipta, 1991).Cet.
Ke-1, h. 30
47
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali,
1985), h. 442
b. Lingkungan Masyarakat
Cukup banyak pengaruh dari masyarakat yang menimbulkan kesukaran
belajar bagi anak terutama anak-anak sebaya. Jika di lingkungan sekitarnya
merupakan kumpulan anak-anak nakal, malas belajar, berkeliaran tak tentu
arah maka secara otomatis anak pun ikut terpengaruh juga.
2. Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada
tingkat kelembagaan dalam rangka menuju ke arah itu diperlukan seperangkat
kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, semua dapat diberdaya gunakan
menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah, kurikulum dapat dipakai oleh
guru dalam merencanakan program pengajaran, program sekolah dapat dijadikan
acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang
tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi
kemajuan belajar anak didik di sekolah.
3. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang, orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan
belajarnya dari orang yang belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan,
anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan dalam belajar di bawah anakanak yang tidak kekurangan gizi.
Selain itu menurut Noehi yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamara ìhal yang
tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra, terutama mata sebagai alat untuk43
melihat dan telinga sebagai alat untuk mendengar, sebagian besar yang dipelajari
anak yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh atau model,
melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru,
mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan
sebagainya.
4. Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan
dan fungsi psikologis tentunya saja mempengaruhi belajar seseorang, itu berarti
belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor-faktor lain seperti faktor dari luar
dan faktor dari dalam, faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak, oleh
karena itu minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan-kemampuan kognitif
adalah faktor-faktor psikologis, yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar
anak didik.
Faktor-faktor psikologis terdiri dari :
a. Inteligensi
Inteligensi atau kemampuan daya pikir siswa merupakan faktor yang
mempengaruhi prestasi atau keberhasilan belajar anak, semakin tinggi
inteligensi maka prestasi atau keberhasilan semakin mudah diraih.
b. Perhatian44
Perhatian siswa terhadap pelajaran sangat mempengaruhi prestasi belajar anak
itu sendiri, jika perhatian siswa terhadap pelajaran kurang maka prestasi
belajar akan sulit dicapai.
c. Minat
Minat belajar dari siswa merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi,
karena tanpa minat dan kemampuan, prestasi belajar akan sulit dicapai.
d. Bakat
Bakat sangat mempengaruhi prestasi belajar anak, jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajar itu.
e. Motif
Motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar, dalam proses belajar
haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong anak agar dapat belajar
dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan/menunjang belajar.
f. Kematangan
Anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya
sebelum belajar, belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang)
kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan
belajar.45
g. Kesiapan
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan, kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika
anak belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan
lebih baik.
Adapun Indikasi prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan belajar yang
membawa pada keberhasilan pendidikan. Sebagaimana telah diketahui, bahwa
prestasi belajar merupakan salah satu hasil yang dicapai setelah mengalami proses
belajar, proses ini terjadi sendiri tetapi memerlukan rangsangan-rangsangan dari luar
yang dapat membangkitkan proses tersebut.
Dalam usaha untuk mengetahui sampai dimana tingkat pencapaian tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan, setelah peserta didik tersebut mengalami proses
belajar yaitu dengan menggunakan evaluasi. Evaluasi dapat digunakan untuk
membantu peserta didik dalam belajar untuk mengetahui mengukur sampai sejauh
mana hasil yang mereka kuasai setelah mengalami proses belajar dan dapat dilihat
dari perbuatan tingkah laku dan kepuasan atas hasil yang telah dicapai. Dengan
demikian evaluasi dapat dipandang sebagai alat ukur dari suatu rangkaian kegiatan
sebagai faktor yang saling berkaitan, seperti tujuan pengajaran, metode pengajaran
dan lain-lain. Evaluasi mencerminkan suatu hasil yang dicapai selama proses belajar
mengajar dalam waktu tertentu, serta sumber data dalam mengadakan umpan balik
bagi pendidik. Hal ini sesuai dengan fungsi dari evaluasi itu sendiri yakni :46
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan anak didik setelah mengalami
didikan atau melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode atau sistem
pengajaran yang digunakan.
3. Untuk mengetahui kekurangan serta keburukan yang diperoleh dari hasil
evaluasi, selanjutnya dapat diperoleh dari hasil evaluasi, selanjutnya dapat
berusaha mencari perbaikan.
48
Melihat dari uraian di atas, maka ditinjau bahwa prestasi yang didapat adalah
hasil dari evaluasi yang biasanya ditampilkan dalam bentuk lambang berupa angkaangka atau huruf-huruf yang menggambarkan kedudukan peserta didik dalam
kelompok belajarnya, yang biasanya dikenal dengan indeks prestasi.
ìIndeks prestasi adalah nilai rata-rata yang merupakan suatu nilai akhir yang
menggambarkan mutu penyelesaian satu program studi. Indek prestasi dihitung pada
akhir semester untuk mengetahui indeks prestasi semester. Untuk mengetahui prestasi
belajar peserta didik pada tahap masa studi tertentu secara kumulatif disebut IP
Lengkap IPKî
49
Dengan demikian prestasi belajar merupakan indikasi dari tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dipelajari oleh peserta didik.
Prestasi belajar diukur atau dievaluasi dengan berbagai cara atau alat secara lisan
maupun tulisan tentang pengetahuan dan sikap dari peserta didik tersebut. Hasil
48
Ngalim Purwanto, Prinsip dan Teknik Evaluasi, (GIP, IKIP Jakarta, t.t.), h. 3
49
Depag RI, Buku Pedoman IAIN, Jakarta, h. 3947
prestasi ini dapat diukur dengan tergambar pada IP (Indeks Prestasi) dalam buku
laporan murid (raport) yang merupakan komulatif dari sejumlah mata pelajaran yang
diajarkan. Nilai ini biasanya dijabarkan dalam bentuk angka dengan rintangan dari 1
sampai 10. Diklasifikasikan menjadi (5) kategori Dengan kriteria sebagai berikut :
1. Indeks Prestasi : 8,0 ñ 10 Istimewa.
2. indeks Prestasi : 7.0 ñ 7,9 Baik
3. Indeks Prestasi : 6,0 ñ 6,9 sedang
4. Indeks Prestasi : 5,0 ñ 5,9 rendah
5. Indeks Prestasi : 0 ñ 49 Gagal
F. Kerangka berfikir
Masalah prestasi belajar sering dibicarakan oleh para guru, lembaga pendidikan
dan orang tua yang mempunyai anak usia sekolah, kesuksesan belajar anak disekolah
akan menentukan keberhasilan belajar anak selanjutnya. Kemudian mengapa terjadi
ada perbedaan prestasi belajar belajar pada setiap anak didik?. Hal ini disebabkan
karena dalam proses belajar ada factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
anak, diantaranya factor yang berasal dari lingkungan keluarga (orang tua).
Di dalam lingkungan keluarga, tingkat pendidikan formal orang tua dalam
aktivitas mengarahkan, mendidik dan membimbing belajar anak dirumah dapat
mempengaruhi kegiatan belajar anak di sekolah, karena dalam belajar anak
memerlukan motivasi dan stimulus.
Orang tua yang mengarahkan, mendidik dan membimbing belajar anak perlu
mempunyai kemampuan, antara lain sikap sabar dan bijaksana, selalu berkomunikasi48
secara berkesinambungan, mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, mempunyai
pengalaman belajar, memahami psikologi anak, menolong, mendorong dan
merangsang anak dan sebagainya.
Anak dalam hal ini tidak berjalan sendiri untuk menggapai prestasi belajar,
maka dalam hal ini perlu adanya dorongan atau motivasi dari luar yaitu dari orang
tua. Orang tua harus mampu mengarahkan dan membimbing juga harus senantiasa
mendorong dan mendukung pada anaknya untuk slalu mengulang-ulang pelajaran
yang telah didapati di sekolah untuk diingat atau diperkuat kembali setelah tibanya
dirumah karena waktu dirumah lebih banyak dibandingkan di sekolah, dengan tujuna
agar mendapatkan prestasi yang baik.
G. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitiannya adalah anak yang mendapatkan bimbingan belajar dari
orang tua yang berpendidikan formal tinggi diduga akan memperoleh prestasi belajar
yang lebih tinggi daripada prestasi belajar anak yang orang tuanya berpendidikan
sedang dan rendah. Agar hipotesis tersebut dapat diuji, maka peneliti merumuskannya
kedalam hipotesa statistik yaitu sebagai berikut :
Ha : ada (terdapat) pengaruh (positif/negatif) yang signifikan antara tingkat
pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak
Ha : ada (Terdapat) pengaruh (Positif/negatif) yang signifikan antara dorongan
orang tua terhadap prestasi belajar anak
Ho : Tidak ada pengaruh (positif/negatif) yang signifikan antara tingkat
pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar anak49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di SMK Triguna Utama yang terletak di Jalan Ir.H.
Juanda Km. 2 Ciputat Tangerang ñ Banten
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2006 sampai dengan Bulan Juli
2006
B. Populasi dan Sampel
Yang dimaksud dengan Populasi adalah : Keseluruhan objek penelitian yang
terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data
yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian
1
Adapun populasi dari .
penelitian ini adalah siswa SMK Triguna Utama Kelas II yang berjumlah 277 siswa.
Kemudian dari populasi ini diambil sample atau perwakilan dari semua populasi
tersebut sebanyak 15% yaitu 40 sampel (setelah digenapkan dari 41,55 sampel),
sedangkan yang dimaksud dengan sample itu sendiri adalah sebagian dari jumlah
populasi yang dipilih untuk sumber data.
2
Adapun teknik penentuan sampel ini
dilakukan secara acak (random sampling).
1
Herman Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
1992), h. 49
2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2003), Cet., ke-1, h. 54
id20240265 pdfMachine by Broadgun Software  - a great PDF writer!  - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com  http://www.broadgun.com 50
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam meneliti ini penyusun menggunakan metode deskriptif karena penyusun
mempunyai tujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis
mengenai permasalahan dalam penelitian ini
Untuk memperoleh data yang lengkap dan obyektif, maka penyusun menyusun
skripsi ini dengan melakukan cara sebagai berikut : penelitian lapangan (field
research) yaitu penyusun langsung ke objek penelitian, yaitu SMK Triguna Utama
yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda Ciputat Tangerang ñ Banten
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian :
1. Menentukan populasi dan sampel
2. Dalam penelitian lapangan ini, Penulis mengambil objek penelitiannya adalah
SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang - Banten
3. Menentukan pengumpulan data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan, maka penulis melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistemik fenomena yang
diselidiki, terutama mengenai keadaan umum SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang - Banten
b. Wawancara, yaitu mengadakan Tanya jawab secara langsung berkenaan
dengan skripsi ini, caranya dengan mendatangi langsung responden untuk
mendapatkan informasi dan data secara langsung dari pihak sekolah, terutama51
disini dengan wali kelas dua SMK Triguna Utama untuk memperoleh data
prestasi anak.
c. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan yang disusun secara sistematis dengan
mengunakan empat alternatif jawaban, untuk angket adalah caranya dengan
membagikan kepada responden yang bersangkutan dalam hal ini adalah siswa
kelas II SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang-Banten.
Setelah data-data terkumpul langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan
data-data, menafsirkan dan menginterpretasikan hasil penelitian.
Mengenai teknik penulisan ini, penyusun berpedoman kepada teknik penulisan
skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Konsep Pengukuran Variabel
Menurut F.N. Kelinger Variabel adalah sebuah konsep, seperti halnya laki-laki
dalam konsep jenis kelamin, insyaf dalam konsep kesadaran, Sutrisno Hadi
mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi, misalnya jenis kelamin
karena jenis kelamin mempunyai pariasi : laki-laki dan perempuan, berat badan,
karena ada berat 40 kg, 50 kg, dan sebagainya, jadi dapat dikatakan bahwa variabel
adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
3
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel tingkat pendidikan orang tua (ibu) (X1) Variabel ini sebagi variabel
independen (bebas) variabel ini diberi symbol X1.
3
Suharsimi Ari Kunto, Prosedur Penelitian, (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta : Rineka
Cipta , 2002), Cet.,Ke-2, h. 94.52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar